Tommy Winata |
BANDARLAMPUNG – Artha Graha Network terus memberikan sumbangsih untuk pembangunan Lampung. Hebatnya, semuanya berjaring nasional dan berdampak multiefek.
Mulai dari pusat pengembangan padi hibrida, penyelamatan lingkungan sebagai antisipasi climate change, perbankan, dan kini tengah mewujudkan mega proyek pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) yang menghubungan Pulau Sumatera dan Jawa.
Pimpinan Artha Graha Lampung, H. Faisol Djausal membenarkan banyak bidang usaha yang dikembangkan Artha Graha di Lampung. Usaha tersebut tak melulu terkait bisnis, namun juga sosial atau pengabdian masyarakat.
”Usaha Artha Graha tak sepenuhnya mencari keuntungan dalam bentuk uang. Tapi network dan amal. Karena banyak usaha kita yang bergelut dipengabdian masyarakat,’’ kata pria yang tak lepas dengan topi koboi ini.
Pria kepercayaan Bos Artha Graha, Tommy Winata ini membeberkan satu persatu usaha yang dimiliki Artha Graha di Lampung. Pertama yakni pengembangan bibit padi Hibrida yang berpusat di Trimurjo, Lampung Tengah di bawah naungan PT Sumber Alam Sutra (SAS).
"Atas pengembangan bibit padi Hibrida yang kami lakukan, hasil panen petani Lampung meningkat. Kalau sebelumnya hanya 6 ton per hektar, sekarang bisa 10 ton,’’ terang komisaris PT. SAS ini.Suksesnya pengembangan bibit padi Hibrida di Lampung ini, provinsi paling ujung di pulau Sumatera telah menjadi kiblat studi banding provinsi lain guna meningkatkan produktifitas padi. Antara lain dari provinsi Aceh, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Bandung, Jawa Barat, dan daerah lainnya.
Hasil penelitian bibit padi yang dilakukan PT. SAS, telah menelurkan tiga bibit padi unggulan. Antaralain Bernas Rokan (padi hibrida berkualitas tinggi), Bernas Prima (benih unggul padi hibrida) dan Bernas Super. ”Dalam pengembangan bibit padi ini, kita adopsi varietas bibit padi dari China dan Indonesia,”urainya.
Untuk meningkatkan produktifitas padi, selain ditentukan bibit juga pemeliharaan. Untuk itu, PT SAS juga melakukan pendampingan terhadap petani di Lampung dengan memberikan pinjaman uang lunak kepada para petani. Dana tersebut dikembalikan saat panen tiba. Dana pendamping sekitar Rp6 juta per hektar.
Selain itu, Artha Graha kini juga menggarap mega proyek berskala nasional yakni membangun JSS. Proses pembangunan JSS saat ini sedang tahap studi kelayakan yang akan memakan waktu 2-3 tahun. Kalau tak mleset, pemancangan JSS dilakukan tahun 2014. ”Pembangunan JSS yakni konsorsium antara Pemprov Lampung, Banten dan Artha Graha,”ungkapnya.
Usaha lain yang dilakukan Artha Graha Group yakni pemeliharaan lingkungan yakni mengelola hutan lindung di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Pekon Way Haru, Kecamatan Bengkunat Belimbing, Kabupaten Lampung Barat (Lambar).
Perusahaan yang mengelola TNBBS ini adalah PT Adhiniaga Kreasinusa (AKN) – anak perusahaan Artha Graha - mengelola ekowisata di Tampang Belimbing (Tambling). Perusahaan itu mendapatkan izin konsesi mengelola 50 ribu hektar areal hutan TNBBS untuk tujuan wisata alam.”Di Tambling, selain kita menanam pohon yang akan punah, kita juga menurunkan perambah hutan. Sehingga hutan setempat tetap terjadi kelestarian baik flora maupun faunanya,”ungkapnya.
Berbagai jenis satwa liar didatangkan perusahaan Artha Graha Group ini untuk menjaga kelestarian di hutan lindung ini. Diantaranya Harimau dari Aceh dan Jambi, buaya, ular, badak, dan lain sebagainya. Di Tambling, PT AKN jutga menghadirkan dokter hewan. Sehingga satwa yang hutan tersebut tetap terjaga kesehatannya. (een)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar